Profil Desa Harjosari Kidul
Ketahui informasi secara rinci Desa Harjosari Kidul mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Harjosari Kidul di Kecamatan Adiwerna, Tegal, sebuah potret desa dengan kepadatan penduduk tinggi, dinamika pemerintahan yang menjadi sorotan, serta denyut ekonomi kreatif dan potensi usaha mandiri yang terus menggeliat di tengah tantangan pembanguna
-
Kepadatan Populasi Ekstrem
Dengan lebih dari 10.000 jiwa mendiami wilayah seluas 0,3 km², Harjosari Kidul menjadi salah satu desa terpadat di Kabupaten Tegal, menghadirkan tantangan signifikan dalam penataan ruang dan penyediaan layanan publik.
-
Dinamika Politik Lokal yang Tinggi
Desa ini menjadi sorotan akibat tingginya partisipasi dan pengawasan publik terhadap kinerja pemerintah desa, terutama terkait transparansi pengelolaan aset dan anggaran desa.
-
Potensi Ekonomi Kreatif dan Mandiri
Di tengah kepadatan penduduk, desa ini memiliki potensi ekonomi yang beragam, mulai dari BUMDes yang sedang berkembang hingga keberadaan perajin seni langka seperti wayang golek yang karyanya telah menembus pasar nasional.

Terletak strategis di Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, Desa Harjosari Kidul menjelma menjadi sebuah wilayah dengan karakteristik unik. Sebagai salah satu desa dengan populasi terpadat di kawasannya, Harjosari Kidul menampilkan wajah desa urban yang dinamis, penuh tantangan, sekaligus menyimpan beragam potensi yang siap untuk dikembangkan. Dalam beberapa waktu terakhir, desa ini menjadi pusat perhatian publik menyusul dinamika internal pemerintahannya, yang memicu partisipasi aktif warga dalam mengawal transparansi dan akuntabilitas. Di balik hiruk pikuk tersebut, tersimpan geliat ekonomi masyarakat yang tangguh dan warisan budaya yang bertahan melintasi zaman.
Kondisi Geografis dan Demografi: Tantangan Ruang di Desa Padat Penduduk
Desa Harjosari Kidul secara geografis berada di lokasi yang sangat strategis, beririsan langsung dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan Adiwerna. Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, luas wilayah Desa Harjosari Kidul tercatat sekitar 30 hektare atau 0,3 km². Wilayahnya berbatasan langsung dengan Desa Harjosari Lor di sebelah utara, Desa Trayeman di sisi selatan, Desa Langon di sebelah timur dan Desa Pedagangan di sebelah barat. Letaknya yang terkoneksi dengan desa-desa lain menjadikannya sebagai jalur perlintasan yang cukup ramai.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal dalam publikasi "Kecamatan Adiwerna dalam Angka 2023", jumlah penduduk Desa Harjosari Kidul mencapai 10.318 jiwa yang tergabung dalam 3.315 kepala keluarga (KK). Angka ini menempatkan Harjosari Kidul sebagai salah satu desa dengan populasi tertinggi di Kecamatan Adiwerna.
Dengan luas wilayah 0,3 km² dan jumlah penduduk lebih dari sepuluh ribu jiwa, maka kepadatan penduduk di desa ini mencapai angka yang sangat signifikan, yakni sekitar 34.393 jiwa per kilometer persegi. Tingkat kepadatan yang ekstrem ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pemerintah desa dan masyarakat dalam hal penataan ruang, pengelolaan lingkungan, serta penyediaan fasilitas sosial dan umum yang memadai. Mayoritas lahan di desa ini merupakan kawasan permukiman padat, menyisakan sedikit ruang terbuka hijau. Kondisi ini menuntut inovasi dalam perencanaan pembangunan agar tetap dapat menciptakan lingkungan hidup yang layak dan nyaman bagi warganya.
Secara administratif, Desa Harjosari Kidul tercatat dengan kode wilayah 33.28.11.2021. Seperti desa-desa lain di Jawa, struktur pemerintahannya terdiri dari Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang menjadi basis pelayanan administrasi dan sosial kemasyarakatan.
Dinamika Pemerintahan dan Partisipasi Publik
Pemerintahan Desa Harjosari Kidul, yang saat ini dipimpin oleh Kepala Desa (Kades) Sunitah, dalam beberapa waktu terakhir menjadi sorotan utama media lokal dan masyarakat. Puncak dari dinamika ini terjadi pada Februari hingga Maret 2025, ketika sekelompok warga yang menamakan diri Forum Masyarakat Harjosari Kidul menggelar aksi unjuk rasa di balai desa.
Aksi tersebut menyuarakan tuntutan transparansi terkait pengelolaan aset desa, terutama tanah bengkok, yang diduga tidak memberikan kontribusi optimal bagi Pendapatan Asli Desa (PADes). Koordinator aksi, Suspendi, dalam orasinya pada 24 Februari 2025, menegaskan, “Kami menuntut kejelasan pengelolaan aset desa. Tanah bengkok adalah milik masyarakat, seharusnya dikelola secara terbuka dan memberikan manfaat untuk seluruh warga.” Tudingan ini berkembang hingga menyentuh isu dugaan penyalahgunaan PADes senilai ratusan juta rupiah.
Situasi ini memancing reaksi beragam dari masyarakat. Di satu sisi, terdapat kelompok yang menyuarakan kritik dan menuntut pertanggungjawaban penuh dari kepala desa. Di sisi lain, tidak sedikit pula tokoh masyarakat dan pemuda yang membela dan menyatakan dukungan terhadap kepemimpinan Kades Sunitah, yang telah menjabat selama tiga periode. Carikin, salah seorang tokoh masyarakat, dalam sebuah kesempatan pada 3 Maret 2025, menyatakan kesedihannya atas tuduhan yang dianggapnya sebagai fitnah. "Setelah ada penjelasan dari BPD (Badan Permusyawaratan Desa), ternyata Bu Kades malah sering menutup kekurangan kegiatan desa. Bu Kades kasihan sekali, sudah tombok, tapi malah disalahkan," ujarnya kepada media.
Menanggapi tudingan tersebut, Kades Sunitah membantah telah menyalahgunakan anggaran dan justru mengklaim sering menggunakan dana pribadi untuk menunjang berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. "Ke depan saya akan memperbaiki untuk administrasinya supaya tidak ada miskomunikasi," ungkapnya singkat saat memberikan klarifikasi.
Polemik ini tidak berhenti di tingkat desa. Aspirasi warga akhirnya sampai ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tegal. Komisi 1 DPRD menerima audiensi dari perwakilan warga dan merekomendasikan Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna menelusuri kebenaran dari dugaan yang ada. Dinamika ini menjadi cerminan dari meningkatnya kesadaran dan partisipasi publik di tingkat desa dalam mengawasi jalannya pemerintahan, sebuah aspek penting dalam demokrasi lokal.
Potensi Ekonomi: Dari BUMDes hingga Seni Kerajinan Tangan
Di tengah tantangan demografis dan dinamika politiknya, Desa Harjosari Kidul menunjukkan denyut nadi perekonomian yang cukup beragam. Salah satu pilar ekonomi yang coba dikembangkan oleh pemerintah desa yakni melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Berkah Makmur". Berdasarkan dokumen perencanaan, BUMDes ini didirikan dengan visi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha ekonomi dan pelayanan desa, dengan moto "Bareng-bareng bangun desa".
Misi yang diusung BUMDes Berkah Makmur mencakup peningkatan perekonomian desa, mendorong usaha kecil dan rumah tangga, serta mengelola dana program yang bersifat bergulir untuk menanggulangi kemiskinan. Salah satu kegiatan awal yang digagas ialah pengadaan armada angkut roda tiga dan pengembangan unit usaha simpan pinjam untuk mendukung permodalan bagi usaha mikro di desa. Keberadaan BUMDes ini menjadi harapan untuk menggerakkan roda perekonomian secara lebih terstruktur dan memberikan manfaat langsung bagi pendapatan asli desa.
Selain lembaga formal seperti BUMDes, potensi ekonomi Harjosari Kidul juga ditopang oleh geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dikelola secara mandiri oleh warganya. Salah satu yang menonjol ialah keberadaan perajin seni tradisional. Moh. Dairin Anawar, atau akrab disapa Pak Dairin, merupakan salah satu maestro wayang golek yang bermukim di desa ini. Bertempat di Panti Asuhan Darul Farroh, Pak Dairin dengan tekun memproduksi wayang golek dari kayu trembesi, waru, dan sengon.
"Untuk membuat sebuah wayang golek dibutuhkan waktu kurang lebih dua minggu, tergantung kerumitannya," tutur Pak Dairin dalam sebuah wawancara dengan media lokal pada April 2016. Karyanya tidak hanya diminati di Tegal, tetapi juga telah menembus pasar luar Jawa seperti Medan dan Lampung. Keberadaan perajin seperti Pak Dairin bukan hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga sebagai penjaga warisan budaya yang memiliki nilai ekonomi kreatif tinggi.
Selain kerajinan wayang, terdapat pula potensi di sektor jasa seperti usaha sablon dan usaha-usaha rumahan lainnya yang menyerap tenaga kerja lokal dan menjadi penopang ekonomi keluarga di tengah padatnya permukiman.
Kehidupan Sosial dan Budaya: Semangat Gotong Royong dan Seni yang Bertahan
Kehidupan sosial masyarakat Desa Harjosari Kidul diwarnai oleh semangat kebersamaan dan gotong royong yang masih terpelihara. Hal ini tecermin dari berbagai kegiatan kerja bakti yang diinisiasi oleh warga maupun bekerja sama dengan pihak luar. Salah satunya yakni kegiatan karya bakti pembersihan lapangan sepak bola yang melibatkan puluhan prajurit dari Batalyon Infanteri 407/Padmakusuma pada Juni 2022. Kegiatan semacam ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga untuk mempererat soliditas dan kemanunggalan antara aparat dengan masyarakat.
Dari sisi budaya, selain eksistensi seni wayang golek oleh Pak Dairin, Harjosari Kidul merupakan bagian dari kancah budaya Tegal yang kaya. Meskipun belum ada informasi mengenai acara adat atau tradisi spesifik yang menjadi ikon desa ini, masyarakatnya tetap menjadi bagian dari pelaku dan penikmat tradisi budaya Jawa-Tegalan pada umumnya, seperti tradisi minum teh poci (moci) yang menjadi medium interaksi sosial, hingga perayaan hari besar keagamaan yang selalu diwarnai dengan nuansa kebersamaan.
Fasilitas pendidikan dasar juga tersedia di desa ini, di antaranya adalah SD Negeri Harjosari Kidul 01 dan SD Negeri Harjosari Kidul 02, yang menjadi pusat pendidikan bagi anak-anak di lingkungan sekitar. Keberadaan fasilitas ini menunjukkan komitmen terhadap pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Sebagai sebuah kesimpulan, Desa Harjosari Kidul merupakan representasi dari wajah desa di pesisir utara Jawa yang tengah bertransformasi. Kepadatan penduduk yang tinggi dan dinamika politik internal menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi dengan tata kelola yang baik dan partisipatif. Namun di balik itu semua, semangat wirausaha, kreativitas seni, dan modal sosial berupa gotong royong menjadi kekuatan fundamental yang membuat desa ini terus hidup dan berkembang. Masa depan Harjosari Kidul akan sangat bergantung pada kemampuannya mengelola tantangan menjadi peluang dan mengoptimalkan potensi yang ada untuk kesejahteraan bersama.